Tarif Penyeberangan Ujung-Kamal Naik 14,9 Persen

Tarif Penyeberangan Ujung-Kamal Naik 14,9 Persen. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tidak hanya berdampak pada angkutan darat saja. Tarif angkutan penyeberangan juga ikut terimbas dari kenaikan BBM sekitar 22 persen. Angkutan terakhir yang menaikkan tarif adalah penyeberangan Ujung-Kamal.
Kenaikan tersebut mengacu dari Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Timur nomor 47 tahun 2013 tentang kenaikan tarif penyeberangan mencapai 14,9 persen. Tarif tersebut berlaku efektif sejak diterbitkannya Pergub 1 Juli, tetapi baru berlaku efektif mulai 6 Juli pukul 00.00 WIB.
Penyesuaian (kenaikan) tarif ini tidak lepas dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan biaya operasional, seperti maintenance (perawatan) dan suku cadang.Ketua Umum DPD Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) Jawa Timur, Zainudin menyatakan bila kenaikan itu telah lama diajukan.
“Kita sudah mengajukan kenaikan sejak 28 Februari tahun ini. Tetapi baru akhir pekan lalu kenaikan tarif itu diumumkan melalui pergub setelah memertimbangkan kenaikan BBM,” kata Zainudin, Senin (8/7).
Ada beberapa klasifikasi penyesuaian tarif, seperti penumpang, sepeda, sepeda motor, sepeda motor di atas 500 cc, kendaraan penumpang, dan kendaraan barang. Untuk kendaraan penumpang dan barang ini rata-rata adalah bus dan truck ukuran kecil.
Zainudin mengakui kenaikan tarif penyeberangan antar provinsi ini tergolong terlambat. Itu bila dibandingkan dengan tarif angkutan masal lainnya, seperti kereta api dan bus. “Kenaikan ini sebetulnya bukan hanya dampak dari kenaikan BBM bersubsidi, tetapi juga biaya operasional yang tidak sesuai dengan pendapatan,” ungkapnya.
Saat ini operator penyeberangan di Ujung-Kamal tersisa tiga perusahaan (shipping line), masing-masing PT Dharma Lautan Utama, PT Jembatan Nusantara, dan PT ASDP yang menerjunkan masing-masing dua kapal.
- Baca Juga: Info Data dan Formasi Penerimaan CPNS 2013
- Baca Juga: Pengiriman Sembako ke Bawean Terhambat Cuaca Buruk
Sementara load factor (tingkat keterisian) diakui Zainudin stagnan. Dimana penumpang mengalami penurunan sejak adanya Jembatan Suramadu. Ditegaskannya, ketiga perusahaan ini harus bersaing dengan Jembatan Suramadu. (rif/nis/opi/radarsby.com)